art for people movement

bergerak dari bawah

Selasa, 16 November 2010





budaya masyarakat perkotaan mbecak sebagai salah satu upaya pencarian nafkah,
nafkah dari jasa penarik kereta roda tiga ini, sering percaya pada takdirnya sebagai profesi mbecak,
ah masak begitu yaa, kemiskinan bukanlah takdir Nya,
mungkin karena sempitnya kesempatan pekerjaan layak di Indonesia,
kalau kita coba telaah agak dalem mungkin karena pemiskinan oleh penguasa,
sehingga terjadi kemiskinan struktural bukan karena takdir,
orang miskin susah cari sekolah,
orang miskin susah berobat dengan tuntas murah,
orang miskin jadi susah cari pekerjaan,
orang miskin tertutup oleh akses kredit
wah kacau yaa, sementara kultur kita mudah memaafkan penguasa..

Sabtu, 06 November 2010

silang budaya masyarakat Indonesia

dalam naskah  teater
Waktuku mandi keringat
Naskah karya INK Jember 2006


Situasi disekitar toko bangunan. Banyak tenaga yang mondar mandir mengangkat bahan bangunan. Beberapa orang merontokkan batang pohon kering dan berusaha merontokan daun-daunnya, sebagaian daun kering mengenai posisi sekitar meja kasir. Ada seseorang yang duduk di meja kasir yaitu babah Liong. Menghitung dengan sempoa. Atraktif. Menulis, menyetempel. Berjalan menghitung beberapa dangangannya. Membayar orang-orangnya.Minum duduk dan mengemil kuaci sambil membaca. Sesekali berjalan lalu duduk lagi.sepi Panggung kosong dengan orang-orang.
Tinggal properti bahan bangunan dan meja tulis. Seakan sibuk menghitung keuntungan. Atraksi sempoa.Membenarkan letak kacamata.Menulis. merekap.

Ayo kerja..kerja..kerja. Wah kamu orang kerjanya lambat sekali.Jangan malas- malas.
Kamu lagi, kamu lagi hah.. kenapa utang lagi utang lagi..utang lagi , lagi-lagi ngutang hah. Potongan yang kemarin kan belum lunas...ini lagi.... kenapa,  utang lagi...mosok sekolah tinggi-tinggi hanya diajari cara berhutang , diajari caranya bayar nggak....!
Nanti kalau begini terus aku bisa rugi...bisa bangkrut hah...
Kalian kerja apa kalau aku bangkrut haah..
Pikir..pikir..pikir pakai otak...

Ilustrasi pembuka memberikan penguatan pada penceritaan situasi awalan

Krrrrekkggjkgj.........

sepi lagi.
Situasi disekitar toko bangunan kembali ramai. Hiruk pikuk tenaga babah Liong.Ada pembeli yang milih barang. Tawar menawar harga. Banyak tenagakerja  yang mondar mandir mengangkat bahan bangunan. Beberapa orang mencoba merontokan daun kering dengan cara menggoyan-goyang batang pohon dan ranting kering. Daun beberapa mengenai babah liong. Ada seseorang yang duduk di meja kasir yaitu babah Liong. Menghitung dengan sempoa. Atraktif. Menulis, menyetempel. Berjalan menghitung beberapa dangangannya. Membayar orang-orangnya.Membaca, lalu minum duduk dan mengemil kuaci. Sesekali berjalan lalu duduk lagi.sepi Panggung kosong dengan orang-orang.
Tinggal properti bahan bangunan dan meja tulis. Seakan sibuk menghitung keuntungan. Atraksi menghitung dengan sempoa.

Ayo kerja..kerja..kerja. Wah kamu orang kerjanya lambat sekali.Jangan malas- malas.
Kamu lagi, kamu lagi hah.. kenapa utang lagi utanglagi..utang lagi hah. Potongan yang kemarin kan belum lunas...ini kenapa utang lagi...
Nanti kalau begini terus aku bisa rugi...bangkrut
Kalian kerja apa kalau aku bangkrut haah..
Pikir..pikir..pikir pakai otak...

Situasi berada di kamar babah Liong. Ia tidur dengan enak tetapi gaya tidurnya tetap seperti gaya gelandangan yang tidur dipinggir toko. Yang bergaya melungker menahan dinginnya udara malam. Meski pakai selimut tapi rasanya masih saja ada yang membuatnya kedinginan. Didekapnya selimut sampai membikin buntalan sebagian jadi bantalan sebagaian jadi pembukungkus tubuhnya yang meleungker kayak udang. Dengan refleks semakin mendekap seperti udara dingin menyerangnya kembali dan tambah dingin.suara ranting gemeretakan seprti ada yang menggoyang dengan sepenuh hati membikin efek getaran dengan ritme rapat.brrrrrtraakkttakksreek...

Krekgg..kreggk

Mencoba meraih jam beker butut dengan bunyi yang tidak sempurna.

Aku tahu...kau hanya ingin mengingatkanku....
Tenang saja , aku Babah Liong, orang selalu yang mengutamakan kerja. Setiap manusia harus kerja. Agar bisa hidup dan terus hidup apalagi membantu menghidupi orang lain. Etos kerja yang tinggi tersebut akan  menghasilkan kehidupan yang serba kecukupan sampai terlihat pada hari ini. Mempunyai 5  toko bangunan yang cukup komplit, pabrik gamping dan beberapa perternakan babi yang selama ini aku kelola. Pagi ini aku belum sarapan .

Setelah agak lama membuka mata. Berdiam sebentar. Basuh muka. Ambil nafas panjang . jalan mondar-mandir disekitar tempat tidur. Sejenak konsentrasi dan mulai menggerakkan seluruh tubuhnya untuk meniru gerakan-gerakan jurus taichi. Layaknya pendekar yang melatih diri sebelum bertanding di panggung altar pemuja bulan purnama.

Babah liong, selalu menempatkan kaca diatas pintu masuk.Entah apa sebabnya . Seperti selalu ada yang  menjadi perhatiannya ketika ia keluar masuk kamarnya. Mungkin seperti aji-aji atau bahkan punya makna lebih dari yang kita kira. Babah Liong orang yang sedikitnya percaya adanya kekuasaan diluar dirinya yang sangat mempengaruhinya di perjalanan hidup dunianya. Entah apa yang dia maksudkan , kayaknya hanya dia yang mampu mengartikannya. Karena selama inipun dia jarang mencerikatan keyakinannya pada siapapun.

Orang sudah terlanjur memanggilku dengan sebutan babah, ya..karena wajah ini memang punya ciri-ciri keturunan tionghoa. Sipit mata ini...tapi sebenarnya tidak ditunjang dengan kulit ku yang putih. Kulit ini dulu memang putih sekarang jadi gosong karena daki bolotan,.. keringat dan tersengat panasnya matahari waktu kerja. Tetapi tetep saja saya dipanggil babah. Yah lengkapnya babah Liong.

Mendekati pintu.  Sedikit perhatian pada kaca diatas pintu kamarnya.

Keyakinan adalah milikku sendiri. Apa fungsinya keyakinanku diketahui oleh orang banyak. Tidak perlu ditulis di KTP terang-terangan. Aku tidak yakin yang tertulis disitu. Justru banyak yang menginkarinya dalam kelakuan. Aah..tidak penting dibicarakan panjang lebar, keyakinan itu hak pribadi, yang penting kita kerja..kerja yang keras..kerja agar punya duit. Nggak usah tanya-tanya yang nggak perlu aaah...masak keyakinanku harus kuceritakan pada kalian hah yang benar saja.

Itu yang sering dikatakannya seraya ngeles pada pertanyaan yang menjurus menukik untuk mengurainya. Sambil agak sedikit marah, seakan dia tetap bersikeras tak mau berbagi.

Pagi ini matahari sangat baik teriknya menyinari seluruh ruangan ketika jendela kamar mulai dibukanya. Keringatnya bercucuran sehabis melakukan senam taichi. Begitu tiap pagi setiap habis bangun tidur. Paling hanya setengah jam tapi keringatnya mengucur bak air sungai yang mengalami banjir bandang. Membuka kaos tidurnya, membetulkan celana kolornya. Mengangkat tangannya beberapa kali secara perlahan diturunkan kembali.Berulang.

Menjaga kesehatan sama dengan menjaga kesenjangan dengan dunia, karena aku tahu semakin jauh dari kesehatan maka semakin dekat pula dengan.............tidak sehat..iya to..
Maaf, aku sedang tidak ingin  berbicara penyakit dan kematian, karena semua itu keniscayaan..

Sambil terus menggerakan tangannya berulang naik turun.
Sejenak berdiam menerawang menatap jendela seolah memandang nasibnya kedepan atau mungkin hari ini. Ditariknya nafas dalam-dalam, sambil terpejam matanya lalu melepaskan nafas melalui hidung dengan perlahan. Oh ternyata ini akhir dari gerakan penutup senam tadi. Bergerak dengan cepat menghampiri meja dekat tempat tidurnya. Mengambil gelas air bening. Ditenggaknya segelas besar air bening dalam satu tegukan. Agak lama  seolah kenikmatan pagi ini, dipertama ia tetap hidup di hari ini adalah kenikmatan pertama yang diperolehnya adalah kenikmatan minum segelas air tersebut. Tuntas segelas besar. Kemudian diletaknnya kembali.

Tidak diragukan air ini membuka  kenikmatanku hari ini
(dalam kenikmatannya menenggak air minumnya...sayup ia mendengar suara mamanya..seakan mengingatkan dengan petuah-petuah untuknya)

” ong kita ini orang tak mampu, orang pinggiran, orang yang terbuang...kau tak usah sedih ya...smua harus kau hadapi apapun yang terjadi padamu...”
Liong masih saja teringat dan senyum-senyum

ya mesti kuhadapi maaa. .apa yang ditakuti ong...terserah apa yang terjadi pasti ong akan hadapinya...

terdengar lagi suara mama dalam hatinya yang menggugah ingatannya.
”ong...mama pesen jangan lupa selalu mau bertanya....jangan malu kalau memang tidak tau  ya,..ong”

Mengapa mesti malu kalau memang tidak tahu....bertanya itu tidak dosa maaa...ong ingat itu...Tapi mamaku tidak pernah menyuruhku jika tidak tahu ya..belajar saja di sekolahan...bener tidak pernah dia menyuruhku...Cuma aku saja yang nekat ingin belajar disekolahan waktu itu.....he he..hemmm...cari teman....eh cari ilmu...yaa sambil lalu....cari teman...bukan...!!! tapi mengintip teman-teman yang belajar disekolahan itu..........mama bukanya melarangku tapi mama tak mampu bayar katanya...gini kata orang tuaku ong..kalau kamu pengin bisa baca tulis menghitung tak perlulah kesekolah...ilmu sekolahan tak bisa untuk cari uang...liat tu Tono,ia  sarjana sekolahnya tinggi... jadi kuli....kita ini orang butuh uang...buat makan hoo..

Masih dalam posisi berdiri, lalu mengambil kaos yang dicopotnya. Diperasnya lalu dipakai kembali. Sembari membetulkan beberapa kerutan yang muncul dikaosnya akibat dari perasanya. Babah Liong bercerita pengalamannya diwaktu kecil ia selalu hidup lekat dengan kesengsaraan. Maka sangat tidak mungkin ia meninggalkan kesengsaraan yang ia derit hilang dari kebiasaaanya.

Aku  anak keluarga yang kurang beruntung. Ayahku  adalah WNA yang tersingkir dari komunitasnya. Meski keturunan tionghoa seringkali mempunyai ikatan kekerabatan yang kental. Tetapi kasus ayah dan ibunya lain. Keluarganya seperti membuang karena perkawinan dengan perbedaan suku. Ayah ku adalah keturunan Tionghoa sedangkan ibunya keturunan Batak sehingga sepertinya perkawinan mereka sama-sama tidak mendapatkan restu dari masing-masing keluarganya. Keluarga kakek dulu kuli angkut pelabuhan dan hidup dalam kekerasan lingkungan pelabuhan. Jadi ada semacam perkampungan kumuh disekitar pelabuhan yang dihuni oleh warga tionghoa. Pekerjaan mereka rata-rata berdagang diwilayah ini. Hanya keluarga Kakeknya yang memilih menjadi kuli panggul dipelabuhan. Ya...ada semacam genk begitulah, sekelompok lainnya adalah mereka orang-orang lokal pribumi yang bermarga Batak dan beberapa keturunan Jawa disana.

Karena kemiskinan tersebut ayahku, tidak mengenal sekolah. Yang dikenalkan oleh kakek adalah kerja..kerja...kerja supaya dapat bertahan hidup. Ayahku kecil-kecil sudah mengenal pekerjaan berjualan plastik. Awalnya hanya tas plastik saja yang ia bawa kemudian lama kelamaan meningkat barang dagangannya menjadi beberapa jenis plastik. Kenapa ? menurut cerita ayah, jualan plastik merupakan pekerjaan yang paling bisa ia lakukan. Sedikit keuntungannya, tetapi aman dari tukang palak pelabuhan. Itu yang pertama........ yang kedua dengan jualan plastik apalagi eceran pasti akan mendapat keuntungan dari beberapa sampah plastik yang ada disekitar pelabuhan yang dibuang secara sembarangan setelah dipakai. Jadi untungnya nambah , modalnya jadi tambah pula.he..he..he... Pintar juga ide ayahku ya. Dalam lingkungan pelabuhan pekerjaan berdagang memang menjanjikan. Baik keuntungan maupun kenalan. Baik yang membutuhkan plastik maupun yang hanya basa-basi saja. Ada yang keras, ada yang baik hati..ada pula tukang palak yang jelek , ada juga yang cantik, baik hati dan suka menolong. Seperti Butet kecil anak penjual ikan segar disekitar pelabuhan.

Nah...saudara-saudara  si Butet yang  cantik baik suka menolong inilah kelak jadi ibuku. Ya mungkin karena perjuangan si penjaja plastik yang sangat rajin menjajakan plastiknya serta menjajakan cintanya. Ha..ha..ha aneh...lha wong sama-sama miskinnya lha kok ya mengenal cinta....Absurd..tak habis pikir..dimana logikanya. Masak anak miskin yang tak sekolah mesti tak kenal logika ..nalar...atau pikiran yang panjang. Ya tapi itulah kenyataan cinta ayah ibuku dikala itu..... Sudah hidup sendiri saja serba kekurangan apalagi hidup menanggung jiwa lainnya.

Dalam suasana ingatannya tentang kisah cinta ayah dan ibunya, lamat pernah terngiang juga ketika ayah  bercerita tentang masa mudanya, tepatnya kisah cintanya

”ong cinta itu tidak kenal logika. Orang tidak perlu sekolah kalau hanya untuk mengenal cinta. Cinta itu datangnya dalam hati dari lubuk yang paling dalem. Pokoknya modal utama berani mengungkapkan perasaan...iya to ong....mungkin itu utamanya, meski semua orang tidak ada yang sepakat...tapi kalu dua hati terpaut dan sepakat untuk dipersatukan..yaaa...begitulah...”

Babah liong nampak menyakini betul cerita yang berisi separo pesan tersebut.

Tapi tetap saja cinta mereka tak kunjung padam. Sampai akhirnya dimalam yang semakin mendung, langit gelap. Mungkin sesaat lagi akan turun hujan. Kenekatan dua insan, nekat memutuskan untuk berlari. Menghindari hambatan mereka untuk memadu kasih. Beberapa kali usaha untuk meyakinkan orang tua masing-masing dirasa gagal bahkan semakin besar saja hambatan tersebut. Semakin besar pula niat kenekatan mereka........Disisi lain cinta mereka memang tidak bisa dipisahkan dari apapun. Larilah..larilah lari....

Sejenak akan keluar kamar babah Liong memandang agak keatas pintu kamarnya. Berdiam menghadap persis menengadah. Tapi kemudian berbalik mendekati kasur. Duduk disisi kasur, tetapi memang tidak sempurna posisi duduknya. Dan dalam gelisahnya , melorot sedikit demi sedikit.akibatnya ia terduduk disisi kasur. Bersandar. Dan merenggangkan tangannya, kepala menengadah keatas lalu menghela nafas .

Ya begitulah nasib cinta ayah ibuku ..............kadang mengingat cerita mereka aku kadang bangga....kadang berpikir naif..naif mereka itu. Mereka masih anak-anak belia. Ayahku  belum genap enambelas tahun, apalagi ibuku paling seusia anak yang baru lulus SMP lah. Gila....gila.. Rupanya kerasnya kehidupan di pelabuhan mempercepat kedewasaan anak-anak. Itu yang kubayangkan. Betapa sulitnya bermain. Bermain serpeti layaknya anak-anak. Yang ada dalam kamus hanyalah kerja..kerja dan ker..jaaa. Lah kok malah keinginan kawin yang muncul di jiwa anak-anak belia itu. Kalau nekat ..Yaaa, ..........tentusaja kemiskinan mereka bawa sambil berlari dengan kekentalan cinta mereka. Pelarian cinta mereka lari dari Sumatra, akhirnya berlabuh di pelabuhan Tanjung Perak. Yah.....pelabuhan lagi. Mungkin ayahku belum bisa melupakan kenangan kehidupan di pelabuhan . Pikirannya waktu itu mungkin sangat sempit. Bayangkan anak-anak usia belia , yang hanya berpengalaman berjualan plastik sudah berusaha hidup mandiri bersama kekasihnya tanpa bekal uang dan keahlian apapun. Bayangkan....ugh malang juga ya. Dengan gigih dan semakin bersemangat ayahku bekerja di pelabuhan.Kalian pasti akan bertanya..apa pilihan pekerjaan ayahku.......Kuli panggul...yah kuli angkut barang di pelabuhan...ha ha ha ha...Yah apapun alasanya waktu itu, yang ada dalam kenangannya adalah pekerjaan disekitar pelabuhan. Dan kayaknya hanya itu yang ia bisa lakukan untuk bertahan hidup, sementara Butet yang berjualan plastik. Ayahku seperti manajer yang mengajari kekasihnya dalam berjualan. Beserta trik dan gayanya... semua ia tularkan. Bagaimana menghadapi calon pembeli, bagaimana cara menghitung plastik eceran, bagimana cara melipat plastik bekas yang masih baik dan layak untuk dijual kembali. Butet istilahnya ditentir oleh manajer marketing. Ya ayahku itu...teori dan praktek ia alami sendiri dalam penghayatan terhadap optimalisasi hasil. Teorinya dari pengalaman kakek yang disarikannya dan langsung berhadapan dengan kemiskinan yang jujur, dengan niat bertahan hidup. Jadi harus menghasilkan uang.  Waah sungguh luar biasa...kalau manajer marketing perusahaan sekarang kan hanya berbekal ilmu teoritik dan titel strata pendidikan sekolah tinggi ..tinggi sekali. Tetapi tidak menjalani sendiri dalam praktek menyusun kekuatan, berstrategi , berperang untuk menyerang .........atau  kompromi dilapangan dengan hasil yang selalu terkontrol setiap harinya. Soalnya kalau berjualanannya tidak ada hasil ya..pasti tidak makan. Ha..haha jadi pekerjaannya harus dihayati sepenuh hati untuk mendapatkan uang hasil keuntungan. Kayaknya marketing sekarang tidak ada apa-apanya dengan cara kerja ayah waktu itu.

Kregk..kreeekgd

Berdiri . Seperti mendengar suara krek..krek jam...

Wah sudah siang kayaknya...Jam berapa sekarang...melongok di beberapa dinding seperti agak gelisah. Mendekati jam beker.Lebih dekat mengangkatnya dan melotot. Wah jamnya mati....jam mati kok masih dipajang..............

Menyambar jam beker, sambil mengamati jam beker itu dan seolah mengajak komunikasi.

Oh iya ini jam kenangan ya meski mati tetapi tetep dihati ha..haua. Kalian tahu kenapa jam ini walaupun rusak sudah mati dan tidak bisa diperbaiki. Tetapi masih saja berada disini. Jam ini adalah pemberian ayahku.  Jam ini adalah jam yang pertama kali ayahku beli. Karena waktu itu berguna untuk menandai kapal-kapal barang yang akan berlabuh jadi ayahku bisa lebih bersiap-siap. Tetapi seringkali jadwal kedatangan kapal yang sudah disesuaikan dengan jam beker ini oleh ayahku selalu salah. Banyak yang tidak sesuai jadwal. Baik menaikan muatan maupun menurunkan muatan. Dalam jadwal bongkar pagi tapi datangnya sore. Dalam jadwal naik muatan sore datangnya dini hari. Kadang sudah dijanjikan datang hari ini  tetapi baru tiba lusa tengah malam. Wah jadi kacau. Bahkan semakin menggangu saja adanya jam ini. Sampai suatu ketika ayahku marah jengkel sekali karena merasa ditipu berkali-kali dengan bunyi jam beker ini. Krang..Kring..krang...kring bergegas tapi tidak ada muatan. Krang..Kring..krang...kring bergegas tapi tidak ada kapal yang sandar. Dengan kesal ia banting jam beker ini. Bekerja sebagai kuli panggul dipelabuhan memang sangat membutuhkan kekuatan yang fit betul. Tenaga harus kuat. Tetapi apa yang dimakan oleh kuli pelabuhan mencukupi kebutuhan makanan empat sehat lima sempurna. Ya tidak mungkinlah..mustahil....Kalian tahu nggak taktik pengumpulan tenaga ornag-orang miskin, yang paling memungkinkan bagi mereka adalah tidur. Tidur disela-sela kekosongan waktu. Murah. Tetapi mampu menghasilkan tenaga. Kalau sekarang harus pakai vitamin dan susu sebagai pelengkap makanan sehat barulah mampu bertenaga. Tetapi anehnya makanan sehat sekarang ini juga masih mengandung zat kimia yang berlebihan....aku tak paham...yang aku tahumasih juga ada efek sampingnya........masih saja malas bekerja..

Disela helaan nafasnya karena emosinya menerangkan kasiat vitamin dan makanan sehat yang justru berefek munculnya penyakit aneh-aneh.

Yaaah... begitulah kini..Nasib jam beker ini akhirnya jatuh ditangan ku. Ayahku bilang ini jam hanya untuk mengingatkanku kalau bekerja itu jangan terpancang dengan waktu. Waktu sekarang banyak menipu. Bekerja yang baik adalah bekerja semampu tenaga. Curahkan keringat sepenuh kerja. Tidak usah menggunakan ukuran waktu karena waktu seringkali sudah dimanipulasi..waktu sudah banyak ditipu bahkan waktu sudah direkayasa. Ayahku berkata lagi, buktinya waktu dipelabuhan selalu disesuaikan dengan kepentingan pengiriman barang-barang ilegal....pembongkaran barang impor yang tidak kena pajak....serta kadang-kadang pembongkaran sampah industri terlarang dari luar negeri bahkan untuk pengiriman TKI dan TKW secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui petugas pabean. Ya..sederhananya waktu dipergunakan untuk main kucing-kucingan. Ya kalau ketahuan....... ya diatur lagi waktunya dengan imbalan yang cukup untuk memutar waktu itu. Ohh.... begitu to makanya sampai sekarangpun aku selalu meninggalkan waktu. Hmm .....Cuma tadi agak sensitif saja mendegar bunyi kre-krek kayaknya mau berbunyi jam beker tadi. Tapi orang-orang disini masih saja bergantung dengan waktu..sedikit-sedikit minta waktu...sedikit sedikit membuang-buang waktu...sedikit sedikit mengkaretkan waktu.... sedikit-sedikit pulang sebelum waktunya jadi bingung saja ahhh. Tetapi saya meski tidak mau terikat dengan waktu tetapi pekerjaan harus cepat tidak malas-malasan dan lamban lemot gitu.Target terpenuhi . Kalau bisa diselesaikan sekarang kenapa mesti besok bahkan lusa...bingung...bingung yaa.

Berjalan menuju lemari. Membuka memilih pakaian dan celana. Selalu saja menarik ambil pakaian yang ada hanyalah celana pendek dan kaos oblong. Begitu lagi seolah memilih baju lainnya tetep saja yang ada celana pendek dan kaos oblong. Kayaknya kalau ditumpahkan isi lemari hanyalah celana pendek dan kaos oblong saja. Selain itu dia juga melihat isi keranjang pakaian. Beberapa dicoba untuk dipamerkan, dilihat-lihat lalu dimasukan lagi atau sesekali dilempar ke ranjang tempat tidur. Tapi alhasil yang keluar dari lemari dan keranjang ya itu-itu saja. Ditumpahkanya keranjang,  ketika mendapatkan celana pendek dan kaos oblong yang menurut fellingnya cocok untuk dipakai hari ini.beberapa orang muncul, mengenakan kaos dan celana bergaya lalu menghilang. Begitu beberapa kali dan beberapa saatmengenakan pakaian serupa bergaya lalu menghilang.

Kalian mesti bertanya-tanya, apa yang kupikirkan tentang pakaian yang mau kenakan hari ini. Ya celana pendek dan kaos oblong. Ayahku pernah bilang pakaian adalah syarat kita bersosialisasi dengan orang, selain agar terlihat sopan dan menjaga martabat sebagai manusia, tetapi yang tidak kalah penting pakaian itu nyaman digunakan untuk bekerja. Guna pakaian yang paling penting yang untuk bekerja, bekerja dan bekerja. Kau ingat itu. Apa gunanya pakaian bagus-bagus mahal tetapi kita sendiri tidak mampu bekerja dan mendapatkan uang. Biar orang menutupi kekurangannya dengan pakaian yang bagus-bagus tetapi sebenarnya hanya untuk meminta-minta belas kasihan, menipu dan mencari perhatian. Aku jadi heran dengan wakil rakyat....sebenarnya tidak layak pakai jas safari tuntutan stelan kerapian penampilan sebagai politisi, kalau talenta mereka hanya berdagang kupikir cukup berpakaian seperti aku saja...haha...huaha. Tetapi sebagai anak ayah...... kau aku ingatkan untuk tidak berpakaian hanya dengan prinsip kepura-puraan dan menipu diri sendiri. Beginilah pakaian untuk para pekerja keras berkeringat dan menghasilkan uang. Murah . enak dipakai kerja. Biasa saja. Apa adanya. Tidak penting untuk ditutup-tutupi. Ya begitulah kata ayahku padaku. Makanya aku lebih memilih cara pandang dia berpakaian yang paling utama adalah untuk berdagang bekerja...kerja..kerja.

Sambil menenteng pakaianya kembali. Dan mebuka-buka. Nampak kepuasan didalam wajah babah Liong.

Jalan hidup ayahku nampaknya menular ke aku.Aku hanya anak tunggal buah dari rahim ibuku yang berketurunan Batak dan sperma sponsor ayah yang Tionghoa yang besar di Jawa Timur. Ya beginilah kira-kira bentuk manusia semi Batak semi Tionghoa dengan aksen jawa campur madura,  yang penting sudah diakui kewarganegaraanku. Kalian harus tahu...sebagai orang Indonesia, terlalu lama aku diakui sebagai WNI, tapi syukurlah.......Semua berkat GusDur, ya dia yang memperjuangkan kami warga keturunan, seandainya beliau tidak jadi presiden Indonesia mungkin sampai sekarang akan sulit mengakui dengan bangga bahwa aku ini anak Indonesia. Yah..syukur kudoakan semoga orang-orang seperti Gusdur selalu diberi kesehatan dan umur panjang. Kalau toh mesti harus meninggal, lah wong namanya saja manusia mesti akan mati juga khan. Aku orang yang akan memohonkan agar beliau masuk surga tanpa seleksi.

Hening sejenak, seolah sengaja berdoa ditengah-tengah bayangan, bagaiman jika elite politik waktu itu menentang Gus dur dalam membuat kebijakan kewarganegaraan orang-orang keturanan Tionghoa
Ceritanya begini, aku menyambung kisah ayahku. Keadaannya, semakin lama semakin kuat juga posisi ayah dilingkungan pelabuhan, sisi sebagai pekerja keras tak kenal lelah, nekat dan tak ada kenal takut, berani bersikap tegas jika ia berada dijalan kebenaran. Kawan-kawan di pelabuhan banyak yang menyukai sifatnya. Ayahku diakui dikalangan preman pelabuhan karena kenekatannya. Meski dalam pengakuannya nekat untuk bekerja keras adalah kewajibanku untuk hidup. Pernah seakli waktu harus berkelahi hanya untuk mendapatkan muatan angkut. Memang mestinya barang-barang ilegal tersebut mempunyai kuli angkut khusus yang sudah dikontrak. Tetapi ayahku nekat meminta jatah angkut, karena dia dan beberapa kawannya dalam sehari tidak mendapatkan muatan sama sekali. Hal itu disampaikannya pada kawan kuli angkut khusus, karena kekuarangan tenaga diajaknya ayah dan beberapa kawan membantu pekerjaan tersebut. Ayah tahu kalau barang yang diangkut ini adalah barang yang ilegal. Tapi persetan dengan itu. Yang penting hari ini harus makan. Sampai pada suatu kahir kegiatan ayahku meminta upah kerja.Tetapi apa yang diterima hanya janji. Janji akan diberikan setelah kapal barang berangkat tanpa ada pemeriksaan. Oke...ayahku terima itu...tapi sampai dengan kapal barang tersebut berangkat janji itu tak kunjung ada. Janji yang akan membayar. Janji yang seharusnya ditepati. Justru janji ini dijadikan bahan canda, dan mengandung ketidakpastian. Orang kalau sudah kerja keluar keringat, pekerjaan beres dan tidak pernah ada persoalan wajar jika menuntut upah. Upah dari keringatnya. Karena dianggap bodoh dan dijadikan bulan bulanan maka ayahku jadi kalap. Empat orang  kuli kontrak tersbut dihajar dengan kemarahannya . Sampai juragan kuli tersebut mengetahui dan menyelesaikan persoalan tadi. Ayahku semakin dihormati. Dan kini dipercaya sebagai koordinator kuli angkut di sekitar pelabuhan. Apapun yang diangkut yang penting sesuai dengan keringat yang dikeluarkan pasti akan dilakukannya. Beres dan tidak ada masalah. Wah...kisahnya jadi melebar ya....nggak apa kan...bangga dengan ayahnya sendiri. Yaahh ayahku memang hebat..

Kre..krek ....krek...krrrrrekekekdkrrng...

Melirik jam beker. Respon senbentar.

Yah begitulah bunyinya tak sempurna...biarlah ia hanya mengingatkan aku
Memang sih agak sedikit mengganggu tapi biarlah sedikit diganggu , waktu adalah dinamikaku

Bergerak memilah celana pendek dan kaos. Lalu memilih kaos untuk dipakaikan di kepalanya

Ibuku sama cekatannya seperti ayahku, selalu tidak pernah sabar, selalu saja semuanya pengin diselesaikan dalam satu kesempatan. Tidak pernah enak diam. Harus bergerak apapun yang akan dilakukannya. Makanya kalau di pelabuhan pelanggan plastik selalu dibuat bingung, karena memang ibuku selalu pengin cepat. Dipilihkan dibayar lalu sisa uang kembalian sesegera mungkin dikembalikan. Dan langsung pergi lagi ke pelanggan yang lainnya. Kayak-kayaknya semua harus dapat ia kejar dalam sekali waktu. Sekali waktu bertemulah ia dengan orang yang membeli  plastiknya. Karena inginya cepat ibuku berusaha secepat mungkin melayani orang itu. Tetapi justru orang ini terkesan memperlambat . Semakin jengkel ibuku dibuatnya. Ayoo pak sampeyan membeli yang mana , ini ..ini atau yang ini . harganya juga lain. Cepat sedikit saya mau ke yang lain. Pak jadi beli nggak sampeyan kok milihnya lama sekali. Ibuku mau bergegas pergi, ditariknya kembali plastik sehinga ngggak jadi meninggalkan. Sampeyan jadi beli....yang mana.. Orang tersebut memandangi dan ibuku tertegun dibuatnya. Lama saling pandang. Ibuku jadi grogi dibuatnya. Soalnya selama ini ibu tidak pernah perhatian untuk orang lain dan sampai menatap paling-paling hanya lima sampai enam detik paling lama...set...set..set..seeeet ..set gitu saja. Yang penting dagangannya laku. Tak peduli basa basi terhadap pelanggannya. Ada yang tidak suka tetapi diingkungan pelabuhan banyak yang suka. Itulah ibuku, perempuan yang suka kecepatan. Dia tidak mau ketekunan. Karena baginya ketekunan semangat menjadi mapan , justru semakin menjadikan orang jadi malas. Malas dalam memperjuangken hidup. Wahh...Liong..kalau kau besar nanti tak usahlah kau terlalu tekun bekerja..yang penting cepat berpikir tepat dan menghasilkan uang. Begitu katanya, saat aku sedang asyik mempelajari jam ayah yang rusak. Kalau ada pekerjaan lainnya yang kau kira menghasilkan dan dapat kau kerjakan sekalian waktu maka jangan sekali-kali kau tidak menerimanya. Sikat saja Liong. Jangan sisakan waktumu untuk menunggu pekerjaan. Jangan menyisakan pekerjaan.Yahhh sepertinya ayah dan ibu kompak kalau soal bekerja mengerjakan sesuatu , yang penting dapat menghasilkan uang. Kerja...kerja...kerja..

Berjalan ke pintu, menegadah sebentar. Kemudian membungkuk mengambil koran harian pagi. Diambilnya dan dibawa. Dibuka dan tertegun beberapa saat, Ternyata babah Liong membaca headline harian itu.

Waaah sampai sekarang sekolah masih mahal juga yaaaa..sama seperti dulu...masih belum terjangkau.. Buktinya berita ini Beberapa anak sekolah dasar didesa Ranjuapung tidak mampu meneruskan sekolah, karena orangtuanya sudah tidak mampu membayar sekolah. Naif....ingin pintar saja susah ya..
Aku tidak sekolah....jadi ya tidak pernah tau rasanya bayar sekolah....aku diajari baca tulis dan berhitung oleh kenalan ayahku. Paman Tono yang rela menjadi kuli angkut meskipun dia orang yang pernah menyenyam pendidikan tinggi. Sarjana...bayangkan sarjana filsafat..bernasib jadi kuli angkut pelabuhan...sungguh tidak beruntungnya dia....tapi ia adalah guru yang baik bagiku.Ia benar-benar tidak pernah memaksakan calistung...ya calistung baca tulis dan berhitung padaku.Ia seolah menganggap aku anak yang punya potensi ...aku anak yang cerdas katanya....dulu ketika kecilku Ayahku memang menitipkanku padanya ketika ayah dapat order dan paman Tono sedang kosong order angkut. Kata Ayahku Liong kau belajarlah sedikit-sedikit membaca menulis dan berhitung. Kini setelah besar aku bebas menemui paman Tono, seluangku dan paman selalu terbuka untukku. Aku jadi senang belajar dengannya. Kadang aku sogok dia dengan jajanan pasar. Aku mulai sadar membaca menulis dan berhitung itu berguna sekali untuk berdagang. Kelak kalau sudah besar kau bisa jadi pedagang yang berhasil seperti leluhurmu. Kau sudah ada bakat dagang anakku.....begitu pula kata ayahku.

Digulungnya harian pagi itu dengan bentuk menyerupai microphone. Berjalan agak tegap tapi santai menaiki kasur temapt tidurnya. Menghadap jendela yang mulai dimasuki sinar matahari dari luar.beberapa formasi manusia korang beratraksi saling menumpuk saling melintang menyusun keterangan saling silang informasi dan setelah itu dibuang begitu saja.....

Naaah, saudara-saudara sekerja dan para pekerja keras pada umumnya begitulah adanya nasehat-nasehat tersebut tertanam di pikiranku sampai sekarang menjadi aliran darahku. Aku Liong anak buruh pelabuhan dan penjual plastik keliling, yang sangat buta akan arti pendidikan formal... sekolah !! aku hampir tidak mengenalnya....hanya kadang-kadang anak-anak berseragam lalu lalang yang tertangkap dimataku waktu aku kecil. Tapi beberapa bulan kemudian mereka sudah jadi temanku bermain seharian di lingkungan pelabuhan. Tidak bersekolah lagi. Tidak berseragam lagi. Waktu itu aku berpikir apa sekolah tidak enak, ya!! Atau gurunya yang kurang mampu memompa otak dan pikiran anak-anak sekolah...atau orangtua mereka yang tidak mampu membayar sekolah atau..atau memang anaknya sendiri yang sudah tidak mampu mengasah otaknya gara-gara kurang asupan gizi..........waktu itu aku tidak bertanya sampai mendetail seperti itu. Biarlah toh mereka jadi temanku bermain seharian. Kadang mereka juga ikut membantuku jualan plastik. Karena mereka tidak punya kegiatan jualan. Yah kalau ada untungnya, setelah setoran tentunya.....aku kasih mereka beberapa uang hasil plastik untuk jajan mereka. Lumayankan....kayaknya mereka jarang sekali mendapatkan uang jajan dari orang tua mereka. Kasihan yaaaa....... Kalau aku sudah mampu beli jajan sendiri tanpa merepotkan orangtuaku. Aku merasa hebat juga waktu itu. Aku sangat bangga dan ada kesan yang tak terlupakan ketika mendapatkan uang pertama dari hasil jerih payahku sendiri.......ooh jadi begini rasanya orang punya uang. Rasanya tidak ingin kubelanjakan uang pertamaku.....tapi apa daya aku harus kulakan barang lagi...uang bagi kita ya harus diputar secepat mungkin untuk menghasilkan uang yang lebih besar lagi.

Krekg...kredgj..

Respon sesaat dan mencoba membenahi letak kediriannya di kasur tempat tidurnya. Duduk ambil bantal dan memeluknya. Mengambil sikap menyangga dagu. Kayaknya ingin bercerita.

Sebentar saudara-saudara pidato akan saya teruskan kembali. Tapi jam tadi membuat ingatanku menajam pada satu kejadian yang kuanggap berkesan hmm....hmmm cerita nggak ya..Waktu bergerak terus saudara-saudara.....Sampai pada suatu hari, ketika aku berumur 9 tahun , ibu dan ayah seperti sedang sibuk mempersiapkan sesuatu untuk menghadiri acara pernikahan di kelurahan dilingkungan pelabuhan. Ibu pakai pakaian biasa agak rapi , ayahku juga demikian , akupun dipakaikan baju polos tidak lagi kaos oblong yang biasa aku pakai. Aku heran, kenapa orangtuaku demikian sibuk dan kikuk agaknya. Akupun diajak bersama mereka. Ooooh, kalian tahu kenapa....ayahku bukan menghadiri pesta pernikahan. Memang tidak biasanya ayah datang dipesta-pesta seperti itu. Ayah ibuku justru menikah...ya mereka mengikuti acara kawin massal yang diadakan di kelurahan dekat lingkungan pelabuhan. Ha ..ha..ha.. lucu benar kelihatanya, tapi justru yang kulihat ayah ibuku sangat tegang dan agak gugup menghadapi cara tersebut. Keringat mengucur diseluruh badanya, sambil sesekali meniup-niup badanya seolah kepanasan. Ibuku nampak kikuk duduk beeduaan dengan ayahku. Memang sih banyak juga pasangan yang hadir untuk menikah ditempat itu. Aku berpikir........entah siapa orang yang mampu mempengaruhi mereka berdua yang sekian lama tidak pernah mengurus perihal pernikahan mereka. Tapi aku bersyukur, ternyata masih ada orang yang mempedulikan nasibku, ayahku ibuku ditambah pihak ketiga yang mempengaruhinya. Sungguh rasa terimakasihku yang paling dalam kuucapkan pada pihak ketiga yang mempedulikan nasibku sebagai warga negara, sebagai penduduk Indonesia, sebagai anak sah perkawinan antara ibuku dan ayahku. Hingga malam setelah kejadian itu mereka banyak bercerita tentang perjalan hidup yang mereka lalui. Panjang lebar. Senang susah. Pahit getir dan manisnya kehidupan semuanya diceritakan padaku. Meskipun mereka bercirita dengan cepat, saling mengisi dan bergantian memerankan ketokohannya. Aku menangkap maksud mereka menceritakan secara tumpah ruah. Aku mengerti.....Aku terharu .

Kregk...krekggj..kriiiiiiing !!!!
Dia mengingatkan lagi kan.......selalu begitu
Tapi kali ini berdering...dia berdering......

Babah Liong trejingkat dari alunan ingatannya. Dan sebentar kaget lalu tertawa. Turun ambil jam dan memperhatikannya. Menggulung kembali koran yang terelmpar tadi. Menenteng jam beker tadi . naik kekasur lagi. Melanjutkan pidatonya.tangan satunya seperti memegang microphone.

Saudara-saudara sekerja dan para pekerja keras pada umumnya, aku kini berada ditengah-tengah kalian, sebagai orang yang kalian anggap berhasil. Sukses dalam memperkaya diri dengan beberapa perusahaan yang aku punya. Tapi sebenarnya aku adalah tidak lebih dari kaum yang mecintai pekerjaan. Orang yang keranjingan kerja. Kerja..kerja..kerja apa saja yang penting dapat menghasilkan uang. Naik turunya penghasilan adalah bagian dari dinamika kehidupan. Terus saja kerja...kerja..kerja..

Nada semakin menurun ketika mengucapkan kata-kata kerja. Semacam ada penyesalan dalam pengucapannya.

Wah....susah juga mengakhiri kerja..kerja..dan kerja , sungguh tidak pernah membayangkan bagaimana mengakhiri kerja ini. Setiap keringatku selalu kucurahkan untuk membangun pekerjaan, ya...pekerjaan..pekerjaan untuk kita semua kaum pekerja keras. Biarlah kaum selain kita bermalas-malasan, menghamburkan uang, berfoya-foya mencari kesenangan sendiri dan tidak peduli dengan nasib kaum pekerja keras. Tapi aku selalu berjanji untuk selalu bekerja untuk menghimpun kaum pekerja keras. Kaum yang mencurahkan keringatnya demi pekerjaannya. Hidup kaum pekerja keras ! hidup kaum pekerja keras ! Hidup kaum pekerja keras !

Kriiiing...kriiiiiiing !!!

Melemparkan jam beker karena saking kagetnya. Turun dan diambilnya jam beker tersebut. Mengambil seting di depan meja kasir toko bahan bangunan. Dan meletaknnya di atas meja kerjanya.Duduk dan memulai pembicaraan dengan mengambil nafas panjang beberapa kali.

Tapi saudara-saudara..... banyak perempuan yang tidak mau mendekati kaum pekerja keras...ha..ha..ha..buktinya sampai hari ini tidak ada kaum hawa yang mau menikah denganku. Yaaaah rasanya jam beker rusak milik ayahku selalu mengingatkanku. Hanya saja akhir akhir ini jam ini sering berdering tanpa sebab......yah  mungkin dia hanya sekedar mengingatkanku..........Saudara-saudara sampai hari ini saya masih single lho..masih jomblo......Jangankan menikah...baru didekati saja mereka nampak tidak peduli. Yang sering terjadi mereka para perempuan tadi selalu buru-buru pergi meninggalkanku. Apa karena penampilanku sebagai pekerja keras....atau bau keringatku yang menyengat....atau memang aku tak cukup jantan dan macho sebagai seorang laki-laki..........Aku tidak pernah berpikir apakah karena aku adalah warga keturunan....tapi  ya sudahlah.......yah beginilah nasib sebagai pekerja keras, sampai tidak mempedulikan untuk kawin..ya..kawin saudara-saudara. Usia matang seperti aku, seharusnya cukup dengan beberapa kesibukan pekerjaan yang selama ini aku lakukan. Mengenai materi kekayaan dan harta simpananku untuk investasi dibidang garment masih sangat cukup. Tapi mengapa tak ada satupun perempuan singgah dihatiku. Aku suka perempuan. Aku bukan pencinta sesama jenis. Aku masih normal. Oaallaah ...........

Nampak dilatar belakang seting toko bahan bangunan dengan bebrapa aktivitas lalulalang orang pekerja sibuk mondar mandir. Memilih. Mengangkut. Mengukur . Menjadi latar yang menonjol.
Sambil makan kuaci dan meneguk air dalan cangkir besar berisi teh pahit campur irisan mahkota dewa. Lalu beberapa saat memperhatikan lalu lalang orang dilatar belakang. Beberapa orang mengerakkan pohon kering danmembuat daun-daun kering berjatuhan. Semakin meredup. Hilang tidak menonjol lagi penampakannya.

Tetapi sepertinya semua tidak mau untuk ditinggalkan. Semua jalan dengan baik, tetapi tidak ada yang mampu aku hentikan. Semua berjalan. Aku sibuk diantaranya. Aku semacam mesin kerja..kerja dan kerja. Jadi saudara-saudara diantara kesibukan itu tidak ada seorang perempuan pun yang singgah dihati ini. Jika ingat hal ini aku jadi orang yang paling nelangsa. Orang yang entah cuek..atau dicuekin ya sama perempuan. Hampir tidak ada waktu untuk memikirkan masa depan perkawinan. Mahligai pernikahan pun hampir tidak ada bayangan, untuk berpikir dan membayangkan cerita cinta ayah ibukupun aku hanya mengulang-ulangnya. Dan tidak mampu mewujudkannya. Atau aku yang tidak pernah menangkap makna sebuah percintaan. Tapi memang benar saudara-saudara...aku tidak pernah dinasehati tentang pesan ayah maupun ibuku untuk mencari pasangan hidup. Oooh yaaa, mungkin ini pelajaran hanya ada disekolahan-sekolahan itu yaaaa, banyak anak-anak sekolah yang sibuk pacaran sambil sekolah....wah rugi juga ya kenapa dulu aku nggak sekolah...tapi aku nggak menyesalinya....Yang selalu tertancap hanya kerja..kerja...kerja. Walau sampai sekarang aku tidak mempunyai pendamping aku tidak menyesal. Aku mampu menikmati hidup di kesendirianku dengan bekerja dan bekerja. Aku tidak menyesal. Aku tidak menyesal.aku adalah manusia pekerja keras, yang mencurahkan seluruh keringatku untuk pekerjaanku. Aku tidak menyesal...........!
Aku tidak bermimpi untuk mendapatkan kerja
Aku menciptakan kerja, pekerjaan untuk para pekerja keras
Aku tidak menyesal menjadi pekerja keras

Nampak orang kerja. Dilatar belakang kembali muncul lebih jelas.
Babah Liong duduk di meja kerjanya. Kadang berdiri semacam gaya mengatur. Kadang bergaya memarahi pekerjanya yang menghadap padanya.

Ayo kerja..kerja..kerja. Wah kamu orang kerjanya lambat sekali, apa disekolah tidak diajari kerja cepat haa.Jangan malas- malas kalau kerja.
Kamu lagi, kamu lagi hah.. kenapa utang lagi utang lagi..utang lagi hah. Potongan yang kemarin kan belum lunas...ini kenapa utang lagi...
Nanti kalau begini terus aku bisa rugi...bangkrut
Kalian kerja apa kalau aku bangkrut haah..
Pikir..pikir..pikir pakai otak...

Sepi lagi.
Situasi disekitar toko bangunan kembali ramai. Hiruk pikuk tenaga babah Liong.Ada pem,beli yang milih barang. Tawar menawar harga. Banyak tenaga yang mondar mandir mengangkat bahan bangunan. Ada seseorang yang duduk di meja kasir yaitu babah Liong. Menghitung dengan sempoa. Atraktif. Menulis, menyetempel. Berjalan menghitung beberapa dangangannya. Membayar orang-orangnya.Minum duduk dan mengemil kuaci. Sesekali berjalan lalu duduk lagi.sepi Panggung kosong dengan orang-orang.
Tinggal properti bahan bangunan ranting pohon kering  dan meja tulis. Seakan sibuk menghitung keuntungan.

Ayo kerja..kerja..kerja. Wah kamu orang kerjanya lambat sekali.Jangan malas- malas.
Kamu lagi, kamu lagi hah.. kenapa utang lagi utanglagi..utang lagi hah. Potongan yang kemarin kan belum lunas...ini kenapa utang lagi...
Nanti kalau begini terus aku bisa rugi...bangkrut
Kalian kerja apa kalau aku bangkrut haah..
Pikir..pikir..pikir pakai otak...

Sepi lagi ,suasana semacam hari-hari yang berganti hanya diisi dengan kesibukan untuk kerja..kerja...dan kerja. Ruang tokonya hanya tinggal dia seorang. Sedang sibuk menghitung keuntungan dengan atraksi sempoanya.

Aku jadi susah mengakhiri kerja, ternyata lebih baik daripada berakhirnya masa kerja
Masa kerja berakhir artinya berakhir juga pekerjaan
Hai, para pekerja keras jangan sekali-kali kau menghakiri pekerjaan
Curahkan keringatmu untuk pekerjaanmu
Masa datang bergantung pada pekerjaanmu dan kerja kerasmu
................................
Tapi sepi juga tanpa perempuan.........
Persetan dengan perempuan

Kriiiing.............kriiiiiiiiiiiiiiing......kriiiiing

Bunyi jam beker berdering  tiba-tiba.Terhenyak terhenti dari kegiatannya seketika.karena dering jam beker milik ayahnya berbunyi terus menerus.Berusaha menghentikan bunyi jam beker yang terus berbunyi. Dimasukan dalam laci meja bunyi. Dimasukan dalam kaosnya bunyi. Dipukul-pukulkan ke meja tetep bunyi.  Berdiri keatas meja.mengajak bicara jan beker yang masih berbunyi tadi.sisilain beberapa orang yang keluar bermaindengan kotak  lemari dan membikin formasi kegaduhan yang teratur seperti irama beker yang berusaha untuk dimatikan oleh babah liong.

Wah..... iyaaa............iyaaa aku segera mandi dan gosok gigi
Saudara-saudara boleh jujur ya.... kali ini aku ...aku akan memakai minyak wangi
Aku harap hari ini , hari baik ku. Harapanku akan ada yang singgah di hati...ha..ha..ha

Babah Liong bergegas-gegas sambil mempraktekan beberapa cara berdandan, dan berusaha berubah penampilan sebaik mungkin. Tak peduli apakah nanti akan ada perempuan yang singgah dihatinya. Yang penting dia hari ini berusaha untuk tidak mensia-siakan hidupnya.
Akan kukejar perempuan-perempuan dengan semangat kerjaku ayuuuh ....kerja...kerja eh.....yang cocok dengan semangat untuk waktu sekarang ini kejar...kejar..kejarlah impianmu liong
Liooong...jadilah manusia sempurna yang tidak menyia-siakan nikmatnya hidup

Bergaya, berkacak pinggang, bersurai, berkemeja dan membidangkan tegakkan badan.. berjalan dengan gagah dan menuju keluar panggung.yang dikuti beberapa orang yang tadinya bermain kotak lemari semacam menirukan gerakan babah liong.sesaat tertentu . diam. Lalu bergerak kembalimenyesuaikan bunyi beker.
Ilustrasi penutup pengiring adegan gaya babah liong , sementara breakbila terdengar suara beker berdering

Krrrrriiiiing...............

Semakin cepat berjalan bahkan berlari dan bersemangat beberapa ornag mengikuti. Seolah diingatkan akan percepatan waktu dari bunyi beker yang mengingatkannya untuk bergegas. Berputar berlari mengitar seperti tidak mau ketinggalan kereta . Exit . bunyi beker tetap berbunyi. Terdengar seperti dibanting untuk menghentikan waktu...........break ilustrasi...selesai . wassalam.

Jember  24 September 2006
Iwan ’Ndut Kusuma, perupa yang mengamati aktivitas seni pertunjukan di Jember















Rabu, 20 Oktober 2010

pahlawan inspirasi nasional

Beberapa hari ini terbersit dalam pikiran kita bahwa kata-kata pahlawan justru sering menjadi bahan obrolan di kantor-kantor sampai di warung kopi jalanan. Baik orang dewasa maupun anak-anak. Banyak pemaknaan kata pahlawan.Pahlawan adalah pembela negara.Pahlawan adalah orang yang sudah tiada karena membela bangsa dan negara dalam perang fisik, buktinya banyak taman makam pahlawan.
Sementara yang lainnya menganggap bahwa pahlawan adalah figur pemersatu bangsa, dan tidak harus mati dulu baru kemudian dijadikan sebagai pahlawan. Nama pahlawan sering juga di pasang sebagai nama jalan, gedung bahkan gambar mata uang. Mungkin itulah cara menghargai jasa-jasa pahlawan.Tetapi bagi anak-anak SD yang sekolahnya hampir ambruk karena proyek pembangunan belum ada yang turun menyapa, bagi mereka pahlawan yang harum namanya adalah guru setia mereka dan orang yang secara cepat dapt mendirikan sekolah mereka yang hampir rubuh. Dewan perwakilan rakyat pun jika tidak ada kontribusinya pada sekolah mereka tetap mereka anggap bukan apa-apa.Yah hanya manusia biasa saja.Pak War , warga desa miskin yang mau menyumbangkan sedikitnya bambu batang penyangga kuda-kuda sekolah, itulah yang mereka anggap sebagai pahlawan mereka. Hidup Pak War !! terimakasih Pak War..!
Lalu apa saja yang diperdebatkan orang-orang elite negri ini persoalan gelar pahlawan nasional. Jika dibandingkan hambarnya makna pahlawan dimata anak-anak kita. Mungkin hanya sebagai bahan ingatan normatif yang harus mereka hafalkan ketika ada tes atau ujian. Tanpa kesadaran dan kebanggaan. Sayang anak-anak selalu bersikap jujur pada nuraninya. Kayaknya tak perlu simbol pahlawan, kalau hanya akan memenuhi dinding sekolah yang sudah tidak mampu menyangga pigura foto pahlawan. Kita bangga sebagai bangsa Indonesia, tetapi lebih bahagia bila kesejahteraan benar-benar menyentuh rakyat Indonesia. 

ancang-ancang berpikir sambil nyanyi

CANCANG PIKIR
Cangkir
Cangkruk
Cangking
Cingkir
Cancuttaliwondo
Secangkir kopi dipagi hari menambah gairah dalam mengahadapi hidup pada kehidupan kedepannya.
Cangkir “Undrees Me Mug” dengan paduan poci keramik, menambah aroma tanah dan tak peduli ISSO 2000 mungkin tentang higienitas tapi justru menojolkan ke khasannya.Di Jawa dikenal cangkir ancang-ancang berpikir, berpikir mulai awal sejak pagi ketika sedang cangkrukan ngopi. Cangkruk sambil nembang tembang yang hanya berbunyi lirih pelan berirama.(lama sudah tak mendengarkan tembang masa kecil)
Jika mengaku orang jawa, utamanya orang Jawa jaman dahulukala masih sering  na na na na nyanyi kecil tentyang lagu anak kecil, mesti tau lagu dolanan  gundul pacul, praon,cublek cublek suweng,  salahnya aku dulu tidak begitu pedulikan. Apa sebenarnya  maksutnya nyanyian tersebut. Yang aku tau hanya beat dan intonasinya yang funny lucu . Mungkin ada makna filasatnya pun aku masih belum bisa mencerna secara dalam. Hanya torehan nasehat yang sempat ada dalam ingatan dan kenanganku.